Berbicara
Job Satisfaction atau kepuasan kerja
adalah persoalan bervariasi. Biasanya tergantung pada pemikiran karyawan (pekerja).
Prilaku positif pada pekerjaan seseorang dinyatakan sebagai kepuasan kerja. Ini
adalah kondisi mental seseorang untuk setiap jenis pekerjaan. Seseorang mungkin
merasa kepuasan kerja dan sebaliknya orang lain mungkin merasa tidak puas untuk
pekerjaan yang sama, tergantung pada sikap mereka mengenai pekerjaan tersebut. Lebih
jelasnya lihat gambar di bawah ini, beberapa faktor untuk mencapai kepuasan
kerja.
Dari sisi
situasi ada faktor jenis pekerjaan dan peran di pekerjaan, kepuasan kerja itu
terjadi jika anda menjalani pekerjaan yang sesuai dengan tujuan anda. Sebagai contoh
seorang sales. Sales itu cenderungnya adalah dinilai baik tidaknya dari
pencapaian target yang ditentukan. Seorang sales memiliki tujuan untuk memenuhi target. Ternyata atasannya senang karena
bekerjanya bagus sales ini dijadikan manajer, tapi malah kebalikan, malah
kontraproduktif. Bahwa sales tersebut ketika menjadi manajer, seorang sales
performancenya menjadi turun. Kenapa? Dulu dia hanya fokus pada dirinya dan
tugas data target, tapi setelah menjadi seorang manajer- dia bukan mengurus
tantangannya lagi tapi mengurus tantangan orang-orang. Performanya menjadi turun
karna polanya berubah. Ini perlu dipahami juga bahwa harus hati-hati dalam
menentukan peran yang cocok di dalam perusahaan. Sales itu sifatnya solo
player, orang-orang solo itu orang yang biasa bekerja sendiri. Jadi performance
sebenarnya, orang sales dengan
timnya hanya bagi-bagi-bagi, dah
selesai, fokus dengan target. Kecendrungan jika dia menjadi seorang leader, dia
akan harus menentukan target, harus mengolah timnya, dan lainnya yang
menyebabkan bebannya berkali-kali lipat. Dan dampaknya prilaku dia tidak akan
membuat rekan-rekannya nyaman (biasanya kerjaannya marah-marah) haha.
Kemudian
ada faktor social – Kesenjangan. Anda merasa pekerjaan terlalu berat, sedangkan
orang lain yang posisinya sama dengan anda dapat fasilitas yang menunjang untuk
meringankan pekerjaan.Terus anda marah-marah ke bos,”ko dia dapet ini itu, saya
ga dapet, dan blab la bla”, itulah social factor, karena ternyata orang yang
dapat fasilitas tersebut adalah anak si bos (wajar kalo anak bos dapat
fasilitas banyak) hahaha.
Nah inilah yang sering terjadi masalah-masalah
seperti itu banyak yang tidak tau. Bayangkan yang bekerja di Perusahaan
Keluarga, semua anggota keluarga ada di perusahaan, “lah itu anaknya… lah itu
sepupunya” :’>. Jadi jika anda ada di dalam organisasi yang sifatnya
keluarga, anda berharap – (ga berharap apa-apasih atau lebih tepatnya jangan
berharap apa-apa haha) masalah karir dan sebagainya. Menarik nih, Jika bicara
perusahaan keluarga, anda harus juga tau karakteristik perusahaan keluarga itu
biasanya banyak yang tidak berhasil, saya bilang banyak yang tidak berhasil,
berarti ADA yang berhasil misal , perusaan Sidomunc*l, DJAR*M, dll. Namun yang perlu diperhatikan, kalau kita
bicara perusahaan keluarga pada saat tertentu itu tidak lagi boleh diisi oleh keluarga, jadi kalau pingin maju
leadernya jangan diisi oleh keluarga, tapi diisi oleh orang yang professional
(kecuali anggota keluarga itu memang sudah professional)
Kemudian
ada faktor lain seperti Stress – Justice (keadilan) – Support (dukungan), misal
anda tidak pernah didukung atasan anda, tidak pernah disapa itu karakteristik
situasional yang menjadi faktor mempengaruhi ketidakpuasan kerja.
Dari sisi
personal, ada beberapa faktor yaitu Affectivity
(perasaan anda), self Estem (konsep diri anda), dan Values (kebutuhan anda).
Values – Kebutuhan.
Anda
bekerja ditempat anda sekarang itu untuk mendapatkan penghasilan? Atau anda
bekerja disitu sebagai bagian dari mimpi anda?
Nah
itu adalaha prilaku yang berbeda nantinya. Jadi siapa yang diantara anda-anda
ini, yang bekerja di tempat anda sekarang sebagai bagian mimpi anda
selanjutnya? Atau hanya karna tuntutan hidup?
Mulai
untuk memikirkan apakah kebutuhan anda ini menjadi bagian dari tujuan(mimpi)
anda atau tidak. Bagi yang tidak bisa menjawab pertanyaan atau galau, kegalauan
yang luar biasa tersebut disebabkan karena anda TIDAK memiliki tujuan. Jangankan
tujuan, adakah yang membayangkan, diumur 70 tahun nanti anda menjadi apa? Atau
seperti apa sih? Apakah pada usia segitu, anda beraktivitas atau anda mungkin
sedang berbaring dengan kesakitan? Karena kita semua, “kita” melupakan bahwa
kita hidup saat ini untuk masa yang akan datang, jadi kita sering lalai, kita
sering Abuse atau menyakiti diri kita sendiri, kita pikir bahwa hidup kita itu
hanya untuk saat ini saja. Padahal yang kita lakukan sekarang adalah investasi
yang akan digunakan untuk masa tua nanti. Ini yang harus anda perhatikan,
karena anda tidak memiliki tujuan, jadi anda menyia-nyiakan hidup anda. Dan
memang sudah ada yang mengejar mimpinya melalui karir saat ini, ada sebagian
pula yang saat ini tidak tau sebenarnya mau kemana, dan hanya menjalankannya,
yang penting bisa makan – bisa hidup – bisa penghasilan – dan memiliki status
sebagai pegawai. Tapi anda akan menjadi lost in space, anda akan menjadi
tersesat karena tidak ada tujuan yang jelas.
Maka
anda akhirnya, karena tidak sesuai dengan situasi pekerjaannya – anda merasa
bahwa itu tidak cocok, kemudian anda akan bermalas-malasan dan menjadi
kontraproduktif. Artinya prilaku-prilaku tidak produktif itu terjadi karena
tidak sesuai dengan tujuan anda ATAU bahkan tidak tau tujuan anda. Salahnya
adalah “kenapa anda waktu awal atau pertama kali menerima pekerjaan itu?”.
Pertanyaan gini deh, lebih baik ngobrolin bos anda yang suka semena-mena atau
misalnya “utang” (hahaha, ada aja pasti yang ngobrolin ini). Ya tidak apa,
mengobroli utang anda dimana perusahaan anda tidak dapat mengatasi hutang anda.
Penghasilan anda tidak cukup untuk membayar hutang. Pertanyaannya adalah “yang
punya hutang siapa?”. Kenapa punya hutang? Hal ini terjadi karena itu tadi, kita
tidak bisa membedakan yang mana menjadi kebutuhan dan menjadi keinginan. Coba
aja deh yang baca ini (khususnya yang perempuan) silahkan buka lemari kalian,
cek di sana mana baju yang diinginkan
dengan baju yang dibutuhkan. Pasti banyakan baju yang diinginkan kan? coba anda
pisahkan baju yang anda butuhkan saja dengan yang anda tidak butuhkan, pasti
anda akan mengalami kesulitan. Nah itu karena anda tidak tau sebenarnya anda
mempunyai prilaku menyampah, coba bayangkan baju yang di lemari anda tidak
dipakai hanya dibiarkan, disayang-sayang kemudian di taruh kembali padahal
ketika anda keluarkan dan memberikan ke orang lain yang membutuhkan itu baju
pasti bisa lebih terpakai. Pasti ada yang berpikir “kami sudah lewati proses
milah-milah mana yang dibutuhkan saja dengan tidak, tapi tetap saja … *alasan
yang panjang*” Tetap saja seperti tadi artinya, kenapa orang banyak berhutang
itu karena dia tidak melihat kebutuhannya, yang dia lihat keinginannya saja.
Banyak hal-hal yang akhirnya menyebabkan kita nyampah karena kita tidak tau-
kebutuhan kita itu apa. Sebenarnya kita sudah lebih dari cukup, kita tak perlu
berhutang.
Karena kesalahannya adalah anda tidak pernah men-setting atau memulai semuanya dari akhir. Anda selalu memulai dari nol- mulai dari awal, awal itu nothing – awal itu tidak ada.
Coba anda mulai dari akhir, apa yang anda mau lakukan pada usia 70tahun. Misal “oh, pada usia 70 tahun saya sehat masih bisa berlari”, itulah yang harus bayangkan, bahwa kalau kita bicara pada usia 70 tahun kita masih sehat, masih bisa berlari dan masih bisa macam-macam saatnya sekarang Bagaimana anda mulai merancang kehidupan anda supaya sampai usia 70 tahun dalam kondisi yang sehat. Seperti jangan merokok, jangan mengopi, dan jangan begadang jika tidak diperlukan. Tapi jika anda begadang untuk men-setting masa depan anda, sedang merancang masa depan anda, Insha Allah begadang anda ada manfaatnya. Kebanyakan kita wasting (menyampah) pada kehidupan kita. Nah makanya kita menjadi tidak benar, tidak menjadi orang efektif, makanya dalam situasi seperti ini masuk dalam lingkungan kerja menjadi tidak nyaman membuat anda mengomongin perusahaan atau orang lain – ngomongin bos anda. Kehidupan anda jadi penuh dengan gibah. Wasting lagi hidup anda, tidak berguna lagi hidup anda itu.
Salahnya
mengapa anda bekerja di sana, kan di awal sudah diberikan kontrak kerja, sudah
and abaca kontrak itu dan tanda tangan. Kenapa ketika sudah masuk, anda tidak
puas kemudian anda marah-marah? Karena
yang dilakukan berbeda dengan yang dikontrak. Anda sampaikan, anda
komunikasikan. Terus kenapa anda masih di sana, masih dipekerjaan itu? Berarti
anda telah menganiaya diri anda dan aniaya organisasi. Anda tau kan bahwa
organisasi tidak bisa perform karena
anda tidak perform. Jadi anda
menuntut kenaikan gaji tapi anda malas-malasan terus organisasi tidak perform itu karena ulah anda sendiri.
Terus anda masih disitu lagi (-_-“) sampai 5 tahun, 10 tahun.
Ini
seperti awal yang kita bahas, seharusnya kita tau dulu, tujuannya apa, valuesnya apa. Apa pekerjaan saat ini
adalah bagian dari mimpi anda di masa yang akan dating atau anda tidak tau
tujuannya apa. Jadi bagaikan anda sedang menaiki tangga dalam keadaan lampunya
mati, anda mau menginjak satu anak tangga ada rasa fear, ada ketakutan. Karena anda tidak tau, anda mau kemana.
Anda sudah
masuk kecemasan tinggi, anda takut pada sesuatu yang anda tidak tau apa yang
anda takutkan. Hati-hati, makanya dijelaskan kalau anda tidak tau tujuan anda,
tugas anda adalah mencari tau. Bukan akhirnya anda ketakutan kemudian
meninggalkan itu.
Jadi
kalau anda bilang anda stay di sana
yang artinya anda stay dengan perusahaan
yang tak nyaman itu, seharusnya anda tetap berkontribusi yang positif. Kan kita
berbicara hak dan kewajiban, bukan haknya dulu baru kewajiban. Jadi misalnya
kalau anda belum menjalankan kewajiban dengan baik, jangan minta hak anda. Tidak
pantas menurut saya.
Nah jadi disini ada Person – Situation Fit, ada
job fit, culture fit, dan role fit ini yang harus anda perhatikan (lihat gambar
pertama).
Apakah pekerjaan sekarang itu cocok dengan diri anda? Apakah budaya perusahaan itu cocok dengan budaya anda? dan Apakah peran saat ini cocok dengan diri anda?
Jika semua terpenuhi anda akan mendapatkan kepuasan dalam bekerja.